Senin, 16 Mei 2011

Waisak = Moment Instropeksi Diri

Waisak atau Waisaka (Pali; Sanskrit: Vaiśākha वैशाख) merupakan hari suci agama Buddha. Hari Waisak juga dikenal dengan nama Visakah Puja atau Buddha Purnima di India, Saga Dawa di Tibet, Vesak di Malaysia, dan Singapura, Visakha Bucha di Thailand, dan Vesak di Sri Lanka. Nama ini diambil dari bahasa Pali "Wesakha", yang pada gilirannya juga terkait dengan "Waishakha" dari bahasa Sanskerta.Di beberapa tempat disebut juga sebagai "hari Buddha".
Dirayakan dalam bulan Mei pada waktu terang bulan (purnama sidhi) untuk memperingati 3 (tiga) peristiwa penting, yaitu :
  1. Lahirnya Pangeran Siddharta di Taman Lumbini di tahun 623 S.M.,
  2. Pangeran Siddharta mencapai Penerangan Agung dan menjadi Buddha di Buddha-Gaya (Bodhgaya) pada usia 35 tahun di tahun 588 S.M.
  3. Buddha Gautama parinibbana (wafat) di Kusinara pada usia 80 tahun di tahun 543 S.M.
Tiga peristiwa ini dinamakan "Trisuci Waisak". Keputusan merayakan Trisuci ini dinyatakan dalam Konferensi Persaudaraan Buddhis Sedunia (World Fellowship of Buddhists - WFB) yang pertama di Sri Lanka pada tahun 1950. Perayaan ini dilakukan pada purnama pertama di bulan Mei.
Waisak sendiri adalah nama salah satu bulan dalam penanggalan India Kuno. Waisak adalah momen introspeksi diri. Ini merupakan saat yang tepat untuk merenung serta memperbaiki sikap dan tingkah laku demi menyelamatkan kondisi bumi yang sudah rusak akibat kemerosotan etika, kacaunya mentalitas, serta pudarnya kesopanan karakter bangsa karena budi pekerti telah diabaikan.
Peringatan Waisak adalah kita diajak mengingat kembali kehidupan Sang Buddha. Dengan  melihat, memikir dan merenung kembali perjuangan hidup Sang Buddha, dari masa kelahiran Beliau, berjuang (berlatih) mencari obat penderitaan dan mengembangkan Dharma (berbagi) ke seluruh makhluk. Hingga mencapai realisasi sempurna, Samma Sambuddha. Kebuddhaan yang dicapai oleh Sang Buddha bukanlah  dengan proses seketika, namun Beliau telah melalui proses belajar dan berlatih menyempurnakan paramitta pada beratus kali kelahiran Beliau sebagai Bodhisatva.


Peringatan waisak ini mengajak  untuk mengubah diri kita menjadi baik, merubah sikap kita yang buruk menjadi baik dan mempertahankan sikap yang sudah baik. kita juga harus sedikit demi sedikit mempengaruhi orang lain untuk mengikuti jejak baik para buddha. 
      
Kita harus berlatih, berlatih atau mempraktek Buddha Dharma yang telah kita pelajari didalam kehidupan kita . Ketika kita belajar tentang dana, setelah itu marilah kita belajar berdana.  Belajar banyak memberi, dan melatih diri untuk banyak memberi . Ketika kita belajar tentang karma, setelah itu marilah kita melatih pikiran, ucapan dan perbuatan kita agar menghasilkan karma baik, mengurangi karma buruk. 


Latihlah diri kita agar karma ucapan kita dengan mengurangi kata tidak berkesadaran yang membawa penderitaan orang lain maupun diri sendiri. Ketika kita belajar tentang kesabaran,setelah itu marilah kita melatih diri, melatih bathin untuk tenang dan sabar. Tidak 
mudah terbawa kondisi untuk  marah atau senang yang meluap. 


Dan ketika kita belajar tentang meditasi, marilah kita melatih diri untuk melakukan segala sesuatu dengan lebih sadar, dengan lebih penuh perhatian. Belajar menyadari apa sesungguhnya yang sedang terjadi saat ini, di dalam maupun di luar diri. Setiap bagian yang kita pelajari dapat kita terapkan dengan lebih penuh perhatian.

Ketika kita sedang belajar dan berlatih Dharma lebih mantap dan kokoh, setahap demi setahap, seiring berjalannya waktu, kita dapat berbagi pengalaman dan pengetahuan Dharma kita kepada orang di sekitar kita. Kita dapat sama-sama juga mengembangkan cinta kasih, welas asih dalam diri kita. Dengan demikian, dengan berjalan waktu diiringi dengan belajar, berlatih dan berbagai Dharma, suatu kumurnian (kesucian) pikiran dan bathin akan kita temukan dalam diri kita. Kita akan akan bertemu dan bersama dengan “mereka” ( kestabilan bathin) yang  telah lama kita tinggalkan.

Peringatan hari waisak mungkin dirayakan oleh umat beragama buddha di seluruh Dunia tapi nilai nilai yang ditanamkan disini bukan hanya untuk orang yang beragama Buddha saja. semua nilai yang ditanamkan bersifat universal. Umat beragama buddha selalu dikaitkan dengan orang orang chinese, padahal sekarang sudah banyak loh penduduk Indonesia asli yang menganut ajaran Buddha. contohnya saja di Bali. . mulailah dari berbuat sesuatu dengan awalan baik: berkata-kata baik, berbuat baik, berpikiran baik. jika setiap dari kita mampu melakukan hal hal yang baik setiap harinya maka kita secara tidak langsung kita sudah mengurangi hal hal negatif dan buruk di setiap harinya. 

Mulailah dari Diri Kita Sendiri. Instrospeksilah. berbuat baiklah

Tidak ada komentar:

Posting Komentar