Minggu, 15 Mei 2011

Kerusuhan Rasial Terhadap Etnis Tiong Hoa


Kerusuhan-kerusuhan yang menimpa etnis Tionghoa antara lain pembunuhan massal di Jawa 1946-1948, peristiwa rasialis 10 Mei 1963 di Bandung, 5 Agustus 1973 di Jakarta, Malari 1974 di Jakarta, Kerusuhan Mei 1998 di beberapa kota besar seperti Jakarta, Medan, Bandung, Solo ,dll. serta berbagai kerusuhan rasial lainnya

Beberapa contoh kerusuhan rasial yang terjadi yaitu :

Bandung, 10 Mei 1963 
Kerusuhan anti suku peranakan Tionghoa terbesar di Jawa Barat. Awalnya, terjadi keributan di kampus Institut Teknologi Bandung antara mahasiswa pribumi dan non-pribumi. Keributan berubah menjadi kerusuhan yang menjalar ke mana-mana, bahkan ke kota-kota lain seperti Yogyakarta, Malang, Surabaya, dan Medan.

Pekalongan, 31 Desember 1972 
Terjadi keributan antara orang-orang Arab dan peranakan Tionghoa. Awalnya, perkelahian yang berujung terbunuhnya seorang pemuda Tionghoa. Keributan terjadi saat acara pemakaman.

Palu, 27 Juni 1973 
Sekelompok pemuda menghancurkan toko Tionghoa. Kerusuhan muncul karena pemilik toko itu memakai kertas yang bertuliskan huruf Arab sebagai pembungkus dagangan.

Bandung, 5 Agustus 1973 
Dimulai dari serempetan sebuah gerobak dengan mobil yang berbuntut perkelahian. Kebetulan penumpang mobil orang-orang Tionghoa. Akhirnya, kerusuhan meledak di mana-mana.

Ujungpandang, April 1980 
Suharti, seorang pembantu rumah-tangga meninggal mendadak. Kemudian beredar desas-desus: Ia mati karena dianiaya majikannya seorang Tionghoa. Kerusuhan rasial meledak. Ratusan rumah dan toko milik suku peranakan Tionghoa dirusak.

Medan, 12 April 1980 
Sekelompok mahasiswa USU bersepeda motor keliling kota, sambil memekikkan teriakan anti suku peranakan Tionghoa. Kerusuhan itu bermula dari perkelahian.

Solo, 20 November 1980 
Kerusuhan melanda kota Solo dan merembet ke kota-kota lain di Jawa Tengah. Bermula dari perkelahian pelajar Sekolah Guru Olahraga, antara Pipit Supriyadi dan Kicak, seorang pemuda suku peranakan TiongHoa. Perkelahian itu berubah menjadi perusakan dan pembakaran toko-toko milik orang-orang TiongHoa.

Surabaya, September 1986 
Pembantu rumah tangga dianiaya oleh majikannya suku peranakan TiongHoa. Kejadian itu memancing kemarahan masyarakat Surabaya. Mereka melempari mobil dan toko-toko milik orang-orang TiongHoa.

Pekalongan, 24 November 1995 
Yoe Sing Yung, pedagang kelontong, menyobek kitab suci Alquran. Akibat ulah penderita gangguan jiwa itu, masyarakat marah dan menghancurkan toko-toko milik orang-orang Tiong Hoa.

Bandung, 14 Januari 1996 
Massa mengamuk seusai pertunjukan musik Iwan Fals. Mereka melempari toko-toko milik orang-orang TiongHoa. Pemicunya, mereka kecewa tak bisa masuk pertunjukan karena tak punya karcis.

Rengasdengklok, 30 Januari 1997 
Mula-mula ada seorang suku peranakan Tiong Hoa yang merasa terganggu suara beduk Subuh. Percekcokan terjadi. Masyarakat mengamuk, menghancurkan rumah dan toko TiongHoa.

Ujungpandang, 15 September 1997 
Benny Karre, seorang keturunan Tiong Hoa dan pengidap penyakit jiwa, membacok seorang anak pribumi, kerusuhan meledak, toko-toko TiongHoa dibakar dan dihancurkan.

Februari 1998 
Kraksaan, Donggala, Sumbawa, Flores, Jatiwangi, Losari, Gebang, Pamanukan, Lombok, Rantauprapat, Aeknabara: Januari – Anti Tionghua

Kerusuhan Mei 1998 
Salah satu contoh kerusuhan rasial yang paling dikenang masyarakat Tionghoa Indonesia yaitu Kerusuhan Mei 1998. Pada kerusuhan ini banyak toko-toko dan perusahaan-perusahaan dihancurkan oleh amuk massa — terutama milik warga Indonesia keturunan Tionghoa. Konsentrasi kerusuhan terbesar terjadi di Jakarta, Bandung, dan Solo. Terdapat ratusan wanita keturunan Tionghoa yang diperkosa dan mengalami pelecehan seksual dalam kerusuhan tersebut. Sebagian bahkan diperkosa beramai-ramai, dianiaya secara sadis, kemudian dibunuh. Dalam kerusuhan tersebut, banyak warga Indonesia keturunan Tionghoa yang terbunuh, terluka, mengalami pelecehan seksual, penderitaan fisik dan batin serta banyak warga keturunan Tionghoa yang meninggalkan Indonesia.
Sampai bertahun-tahun berikutnya Pemerintah Indonesia belum mengambil tindakan apapun terhadap nama-nama besar yang dianggap provokator kerusuhan Mei 1998. Bahkan pemerintah mengeluarkan pernyataan berkontradiksi dengan fakta yang sebenarnya yang terjadi dengan mengatakan sama sekali tidak ada pemerkosaan massal terhadap wanita keturunan Tionghoa disebabkan tidak ada bukti-bukti konkret tentang pemerkosaan tersebut.
Sebab dan alasan kerusuhan ini masih banyak diliputi ketidakjelasan dan kontroversi sampai hari ini. Namun demikian umumnya orang setuju bahwa peristiwa ini merupakan sebuah lembaran hitam sejarah Indonesia, sementara beberapa pihak, terutama pihak Tionghoa, berpendapat ini merupakan tindakan pembasmian orang-orang tersebut.

5-8 Mei 1998 
Medan, Belawan, Pulobrayan, Lubuk-Pakam, Perbaungan, Tebing-Tinggi, Pematang-Siantar, Tanjungmorawa, Pantailabu, Galang, Pagarmerbau, Beringin, Batangkuis, Percut Sei Tuan: Ketidakpuasan politik yang berkembang jadi anti Tionghoa.

Jakarta, 13-14 Mei 1998 
Kemarahan massa akibat penembakan mahasiswa Universitas Trisakti yang dikembangkan oleh kelompok politik tertentu jadi kerusuhan anti Cina. Peristiwa ini merupakan persitiwa anti Cina paling besar sepanjang sejarah Republik Indonesia. Sejumlah perempuan keturunan Tionghoa diperkosa.

Solo, 14 Mei 1998 Ketidakpuasan politik yang kemudian digerakkan oleh kelompok politik tertentu menjadi kerusuhan anti Tionghua.

19 komentar:

  1. Diindo kita memang kaum minoritas, tapi ingat, didunia ini kita adalah mayoritas, dengan peradaban yg paling tinggi. jadi yg anti cina itu sebenarnya hanyalah seekor katak dalam tempurung, bagaikan raja dalam sebuah kerajaan yang kecil dan miskin. Jangan terlalu menyombongkan diri hai para perusuh. Balasan berlipat ganda akan menimpa kalian semua. coba renungkan kenapa terjadi tsunami tahun 2004, gempa, yg semua korban adalah mayoritas kaum anda2 yg suka rusuh itu semua, camkanlah ini baik2....

    BalasHapus
    Balasan
    1. kalo kamu nyatakan gitu ya berarti kamu pulang aja ke cina sana, itu bukti kamu memang kecina-cinaan, camkan balik itu!! goblok

      Hapus
    2. Ini koment anjing arab

      Hapus
  2. Mudah-mudahan tak terulang lagi, cukup parah untuk wujud Tanah air kita semuanya! Sungguh mencemarkan keburukan sendiri!
    Tuhan YME akan menghukum semua orang yang ikut berdosa! Amin!!!

    BalasHapus
  3. kenapa etnis cina selalu jadi sasaran kerusuhan ? Karena dia bukan asli suku bangsa indo, pendatang. Ini bukan tanah nenek moyang kalian. Knapa bnyak yg membencimu ? Krn realita sehari2 mereka memisahkan diri dari kehidupan sosial pribumi.

    BalasHapus
    Balasan
    1. memang betul orang cina hanya menumpang hidup di indonesia, tapi bukan berarti harus menerima tindakan begitu juga kan....dan saya tau banyak orang cina yang wataknya jelek, tp bukan berarti mereka yg tidak bersalah menjadi korban kan?. coba di renungkan baik-baik apabila keluarga kita sendiri yang terkena musibah kerusuhan itu, APA YANG KAMU PIKIRKAN????coba kamu renungkan sanggup gak kamu terima??????BIG QUESTION MARK BRO???? rasanya sulit ya....jadi tidak segampang cuma ucapan bro.....

      Hapus
    2. Islam teroris dunia, kalau 1 keyakinan dia adalah saudara kalau tidak maka dia musuh, islam itu perampok, orang batak hobi makan anjing, itu namanya anjing arab gila, ikuti nabi ke neraka

      Hapus
  4. Orang Cina itu sebaiknya disayangi. Yang bangsat bukan hanya Cina, yang lain juga banyak yang bangsat-bangsat.

    BalasHapus
  5. we never forget
    but we forgive and moved on

    BalasHapus
  6. Bagus habisi saja etnis cina brengsek mereka sperti sampah dimana mana ada tapi tidak berguna sudah saatnya rumah kita beraih dari cina .bakar kuil2 mereka,bunuh bayi mereka penggal kepala mereka ambil emas mereka hancurkan rumah mereka masukkan jiwa mereka ke nereka....bravo indonesia!!!!salam orang batak!!

    BalasHapus
  7. Indonesia di ambang kehancuran, pertumpahan darah di tunggu oleh lima miliar lebih pasang mata dan telinga, berbanggalah bagi mereka yang penuh kebencian,iri hati,yang penuh kebohongan, semoga semua lekas terjadi membinasakan manusia biadab
    Doa dari mereka yang terhina di tanah nusantara

    BalasHapus
  8. Paling bagus tinggalkan saja bumi indo kerna tidak selammat di china tanah nya luas

    BalasHapus
  9. punya koleksi foto2 dan artikel tentang kerusahan tahun 1997 di ujung pandang mengenai etnis tionghoa?

    BalasHapus
  10. Tak usah lagi usung perdebatan rasial begini. konon ada kisah kurang simpatik di Yogya, tetapi janganlah digeneralisir juga. sejak semula kita sama2 sepakat ketika negeri ini berdiri, dan ketika itu, kakeknya Rudy Hartono, Liem Swie King, sampai Alan Budi Kusuma, Susi Susanti, dan lain2 sudah eksist sebagai bagian dari rakyat Indonesia yang ada di bumi-pertiwi. mengapa kultur manusia sudah demikian maju sekarang ini, koq perdebatan rasial masih suka diusung ?

    BalasHapus
  11. Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Kalau kita menganggap banyak sdr2 kita keturunan-Cina kaya2, ternyata tidak semua juga, malah tak sedikit yang justru miskin.Di Singkawang misalnya, etnis/suku Cina pada kebanyakan harus banting-tulang dengan susah mencari makan. Di mana-mana, mereka yang jadi kaya juga adalah karena keuletan mengelola usaha dan ketika usahanya masih merayap dia rela makan seadanya. Ada sebagian yang jadi kaya gara2 "membayar kesempatan", tokh yang salah adalah pejabat2 kekuasaan, yang nota-bene orang2 kita yg bukan keturunan-Cina. Ini salah siapa ? Bukankah “orang2 kita” ini sendiri yang serakah mau menerima pemberian (suap) itu ?
      Tetapi itu pun ternyata tidak semua. Lagi pula, mereka yang ada sekarang, entah sudah pada lapis-keturunan ke berapa, yang tentu pada darah-daging tubuhnya tak ada sedikit air dan tanah dari Tiongkok/Cina. Mestinya bisa kita bedakan dengan “orang2 yang baru beberapa waktu belakangan ini datang mengais kesempatan hidup dan bekerja hingga menimbulkan pro-kontra, yang bahkan untuk berbahasa Indonesia pun tak bisa”.
      Saya ingin usung sebuah contoh kehidupan-sosialitas di P. Buru Maluku.
      Di sana, etnis Cina sudah ada sejak dahulu, dan tak sedikit yang secara turun-temurun menganut agama Islam, kebanyakan marga "Tan". Baik mereka yang saat ini Muslim mau pun Non-Muslim, semuanya dianggap bagian integral penduduk lokal. Apalagi yang ada sekarang sudah turunan ke sekian. Di sana, tak ada anggapan kaya-miskin, kecuali orang hanya melihat bagaimana masing2 orang membangun interaksi dalam kehidupan sehari2. Sungguh harmonis.
      BalasHapus

      Hapus
  12. Sebuah moment yang bikin haru, ketika menyaksikan pengalungan medali emas Olimpiade dulu kepada Susi Susanti. Kelihatan jelas, ketika medali dikalungkan, dia dengan bangga tetapi diliputi air mata menggenggam "bendera merah putih".

    BalasHapus